Friday, June 29, 2007

Teori Darwin menemui ajal



Menyusul pengaruh biasa buku Harun Yahya “Atlas Penciptaan”, Dewan Eropa mulai meradang. Tanda-tanda teori Darwin segera menemui ajal?



Hidayatullah.com--Guncangan ideologis dahsyat di Prancis terjadi menyusul pengiriman ribuan buku ”Atlas Penciptaan”, yang mengungkap fakta penciptaan dan kekeliruan ilmiah Darwinisme. Setelah itu, wartawan Prancis dan sejumlah negara Eropa lainnya pun datang ke Istanbul, Turki, untuk mewawancarai penulisnya, Adnan Oktar, dengan nama pena Harun Yahya.

Tak ketinggalan, situs internet ilmiah berbahasa Prancis Science Actualités, melakukan wawancara pula dengan Patrick Tort dari Charles Darwin International Institute (Lembaga Charles Darwin Internasional). Jajak pendapat seputar teori Darwin pun diadakan oleh situs ilmiah itu.

Hasil jajak pendapat tersebut sungguh mengejutkan. Dari 5 pertanyaan yang diajukan, 92% peserta yakin bahwa “Manusia bukanlah hasil sebuah evolusi“. Mereka yang percaya bahwa “manusia dan kera memiliki nenek moyang bersama“ berjumlah 5%. Hanya 1% saja yang setuju bahwa "manusia berevolusi dari kera".

Mengadu ke Dewan Eropa

Jika Darwinisme dan teori evolusi tak lebih dari sekedar teori ilmiah belaka, maka fenomena di atas bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Perbedaan pendapat dan muncul-tenggelamnya sebuah teori ilmiah seiring dengan kemajuan zaman dan penemuan fakta ilmiah baru adalah biasa di dunia ilmiah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ditutup-tutupi. Bahkan sepatutnya penemuan ilmiah baru disambut gembira oleh semua masyarakat, meski sama sekali bertolak belakang dengan teori sebelumnya.

Namun jika teori evolusi dan Darwinisme memiliki sisi ideologis dan kaitan erat dengan hal mendasar yang berpengaruh besar pada kehidupan manusia, pada tatanan ideologi, budaya, politik dan sosial suatu negara atau bahkan dunia, maka akan lain ceritanya. Dan inilah fenomena yang sedang terjadi di dunia sekarang, khususnya Amerika Serikat dan Eropa.

Menyusul pengaruh luar biasa buku karya Harun Yahya “Atlas Penciptaan”, serta karya para ilmuwan dan intelektual lain, terhadap Darwinisme dan fakta penciptaan, Dewan Eropa pun berkumpul membahasnya. Di lembaga tinggi beranggotakan 47 negara Eropa itu, Komite Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan mengajukan draf rekomendasi yang disetujui pada 31 Mei 2007 melalui pemungutan suara, satu suara menolak dan satu orang tidak memilih.

Kepanikan

Dalam laporan berjudul, “The dangers of creationism in education” (Bahaya paham penciptaan dalam pendidikan) yang berisi sembilan belas butir draf resolusi dan 105 butir memorandum, Guy Lengagne si penyusun yang juga dari kelompok Sosialis, Prancis, menulis dengan ungkapan yang mencerminkan ketakutan, kepanikan dan kekhawatiran mendalam atas semakin terpuruknya Darwinisme.

Ada sejumlah hal menarik yang dapat diketahui dengan membaca seksama laporan tersebut, yang digaya-bahasakan layaknya Eropa sedang mengalami serbuan perang dahsyat.

Pertama, kebebasan berbicara dan berpendapat yang diagung-agungkan negara-negara Eropa terbukti dikhianati sendiri oleh para Darwinis. Dalam kasus ini, kebijakan bangsa primitif dan diktatorisme ternyata diberlakukan dengan cara pelarangan terhadap buku Atlas Penciptaan.

Kedua, karya ilmiah seperti Atlas Penciptaan semestinya ditanggapi dan disanggah pula pada tataran yang setara, melalui sarana ilmiah dan secara intelektual oleh mereka yang mengaku ilmuwan, pakar, intelektual dunia di Eropa. Namun, menariknya justru luapan emosi, kemarahan dan ketakutanlah yang mendominasi.

Ketiga, lebih jauh lagi, lembaga-lembaga ilmiah bergengsi Eropa beserta para ilmuwannya yang tersohor rupanya tidak cukup mampu membendung tanda-tanda runtuhnya Darwinisme. Buktinya, diperlukan seorang dari Kelompok Sosialis bernama Guy Lengagne, dan bukan ilmuwan, untuk mengadukan kasus ini ke lembaga yang lebih besar dari sekedar lembaga ilmiah atau sebuah negara: Dewan Eropa!

Keempat, inilah isyarat jelas bahwa Darwinisme dan teori evolusi adalah rapuh secara ilmiah. Kemampuannya bertahan selama ini adalah karena ditopang oleh diktatorisme yang membungkam dan menyembunyikan fakta ilmiah yang menyanggahnya.

Kelima, ketika fakta ilmiah yang selama ini disembunyikan tersebut disingkap di mata masyarakat, serta merta keyakinan masyarakat yang ikut menegakkan bangunan Darwinisme itu ikut memudar. Tak heran jika para pendukungnya, para Darwinis, panik. [cr/www.hidayatullah.com] Read More ..